Kamis, 02 Juni 2011

Boneka Tangan

                                  MAKALAH
BONEKA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN









Mata Kuliah    :  Pengembangan Sumber Belajar
Dosen    :  Dr. Budianto, M.Pd
Mhsw        :  Dyah Safitri


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH





             BONEKA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN







Daftar  Isi
BAB.  I            :  Pendahuluan
Latar Belakang
Tujuan
BAB. II            :  Kajian Teori
BAB. III            :  Pembahasan
BAB. IV            :  Kesimpulan
Daftar Pustaka










BAB I
Pendahuluan
Latar Belakang.
Boneka sekarang ini menjadi barang yang marak dipasarkan melalui internet banyak distributor dan suplier boneka berlomba lomba untuk memasarkan serta menjual produknya dengan cara yang efektif dan efisien. Dalam penggunaan boneka dimanfaatkan sebagai media pembelajaran dengan cara dimainkan dalam sandiwara boneka.
Boneka merupakan model dari manusia, atau yang menyerupai manusia (contohnya Bert), atau hewan. Seringkali boneka dimaksudkan untuk dekorasi atau koleksi untuk anak yang sudah besar atau orang dewasa, namun kebanyakan boneka ditujukan sebagai mainan untuk anak-anak, terutama anak perempuan.
Sejak tahun 1940-an pemakaian boneka dipergunakan sebagai media pendidikan menjadi populer dan banyak digunakan di Sekolah Dasar dan Taman Kanak - Kanak.
Di Indonesia penggunaan boneka sebagai media pendidikan massa bukan merupakan sesuatu yang asing. Di Jawa Barat dikenal boneka tongkat yang disebut “Wayang Golek” dipakai untuk memainkan cerita-cerita Mahabarata dan Ramayana. Di Jawa Timur dan di Jawa Tengah dibuat pula boneka tongkat dalam dua dimensi yang dibuat dari kayu dan disebut dengan nama “Wayang Krucil”. Di Jawa Tengah dan di Jawa Timur pula dikenal dengan boneka bayang-bayang yang disebut “Wayang Kulit”.
Untuk keperluan sekolah dapat dibuat boneka yang disesuaikan dengan cerita-cerita jaman sekarang. Untuk tiap daerah pembuatan boneka ini disesuaikan dengan keadaan daerah masing-masing. Dalam pembahasan ini secara umum  saya akan ulas mengenai  penggunaan boneka sebagai salah satu media dalam pembelajaran “BERCERITA” untuk Taman Kanak – Kanak.
Tujuan
Makalah ini disusun sebagai salah satu bahan referensi bagi saya dalam melengkapi UTS mata kuliah Pengembangan  Sumber  Belajar. Di samping itu makalah ini juga dapat dipakai sebagai salah satu bahan referensi atau panduan untuk pengembangan selanjutnya bagi guru sehingga diharapkan dapat meningkatkan kompetensi guru dalam pemanfaatan boneka sebagai media pembelajaran.


BAB II
KAJIAN TEORI

Penggunaan Media Boneka sebagai Media pembelajaran untuk mata pelajaran Kemampuan Berbahasa dengan Bercerita di Taman Kanak –kanak bertujuan untuk:
Mendeskripsikan peningkatan kemampuan bercerita siswa - siswi dengan menggunakan media boneka tangan.
Meningkatkan Kemampuan siswa dalam Berbahasa dan Pendengaran dalam menceriterakan kembali materi cerita pembelajaran.
Meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran dongeng dengan media boneka tangan
Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dongeng dalam pembelajaran dongeng dengan media boneka tangan




BAB III.
PEMBAHASAN

Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang menyangkut software dan hardware yang dapat digunakan untuk meyampaikan isi materi ajar dari sumber belajar ke pebelajar (individu atau kelompok), yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat pebelajar sedemikian rupa sehingga proses belajar (di dalam/di luar kelas) menjadi lebih efektif.
Dalam awal perkembangannya, media memiliki posisi sebagai alat bantu dalam kegiatan pembelajaran, yaitu alat bantu mengajar bagi guru (teaching aids). Sebagai alat bantu dalam mengajar, media diharapkan dapat memberikan pengalaman kongkret, motivasi belajar, mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa. Dengan kemajuan teknologi di berbagai bidang, misalnya dalam teknologi komunikasi dan informasi pada saat ini, media pembelajaran memiliki posisi sentral dalam proses belajar dan bukan semata-mata sebagai alat bantu. Media adalah bagian integral dari proses belajar mengajar. Dalam posisi seperti ini, penggunaan media pembelajaran dikaitkan dengan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media, yang mungkin tidak mampu dilakukan oleh guru (atau guru melakukannya kurang efisien). Dengan kata lain, bahwa posisi guru sebagai fasilitator dan media memiliki posisi sebagai sumber belajar yang menyangkut keseluruhan lingkungan di sekitar pebelajar.
Penggunaan media dalam kegiatan belajar mengajar memiliki pengaruh yang besar terhadap alat-alat indera. Penggunaan media akan lebih menjamin terjadinya pemahaman dan retensi yang lebih baik terhadap isi pelajaran. Media pembelajaran juga mampu membangkitkan dan membawa pebelajar ke dalam suasana rasa senang dan gembira, di mana ada keterlibatan emosianal dan mental. Tentu hal ini berpengaruh terhadap semangat mereka belajar dan kondisi pembelajaran yang lebih “hidup”, yang nantinya bermuara kepada peningkatan pemahaman pebelajar terhadap materi ajar. Jadi, sasaran akhir penggunaan media adalah untuk memudahkan belajar, bukan kemudahan mengajar (Degeng, 2001).

BONEKA
Pengertian boneka ialah tiruan bentuk manusia dan bentuk binatang. Jadi sebenarnya boneka merupakan salah satu model perbandingan. Boneka dalam penampilannya memiliki karakteristik khusus.
MACAM-MACAM BONEKA
Dilihat dari bentuk dan cara memainkannya dikenal beberapa jenis boneka, antara lain:
Boneka jari
Boneka ini dibuat dengan alat sederhana seperti tutup botol, bola pingpong, bambu kecil yang dapat dipakai sebagai kepala boneka. Sesuai dengan namanya boneka ini dima-inkan dengan menggunakan jari tangan. Kepala boneka diletakkan pada ujung jari kita/ dalam. Dapat juga dibuat dari semacam sarung tangan, dimana pada ujung jari sarung ta-ngan tersebut sudah berbentuk kepala boneka dan dengan demikian kita/ dalam tinggal memainkannya saja.
Boneka Tangan
Kalau boneka dari setiap ujung jari kita dapat memainkan satu tokoh, lain halnya dengan boneka tangan. Pada boneka tangan ini satu tangan kita hanya dapat memainkan satu boneka. Disebut boneka tangan, karena boneka ini hanya terdiri dari kepala dan dua tangan saja, sedangkan bagian badan dan kakinya hanya merupakan baju yang akan menutup lengan orang yang memainkannya disamping cara memainkannya juga hanya memakai tangan (tanpa menggunakan alat bantu yang lain).
Cara memainkanya adalah jari telunjuk untuk memainkan atau menggerakkan kepala, ibu jari, dan jari tangan untuk menggerakkan tangan. Di Indonesia penggunaan boneka tangan sebagai media pendidikan/ pembelajaran di sekolah-sekolah sudah dilak-sanakan, bahkan dipakai diluar sekolah yaitu pada siaran TVRI dengan film seri boneka “Si Unyil”
Boneka Tongkat
Disebut boneka tongkat karena cara memainkannya dengan menggunakan tongkat. Tongkat-tongkat ini dihubungkan dengan tangan dan tubuh boneka. Wayang Golek di Jawa Barat misalnya adalah termasuk boneka jenis ini. Untuk keperluan penggunaan boneka tongkat sebagai media pendidikan/ pembelajaran di sekolah, maka tokoh-tokohnya dibuat sesuai dengan keadaan sekarang. Misalnya dibuat tokoh tentara, pedagang, lurah, nelayan dan sebagainya Boneka tongkat dapat dibuat darikayu yang lunak seperti kayu kemiri, randu, dan sebagainya.
Boneka Tali
Boneka tali atau “Marionet” banyak dipakai dinegara barat. Perbedaan yang menyolok antara boneka tali dengan boneka yang lain adalah, boneka tali bagian kepala, tangan, dan kaki dapat digerak-gerakkan menurut kehendak kita/dalangnya. Cara meng-gerakkannya dengan tali. Dengan demikian maka kedudukan tangan orang yang memain-kannya berada di atas boneka yang dimainkannya. Untuk memainkan boneka tali diperlukan latihan-latihan yang teratur, sebab memainkan boneka tali ini memerlukan keterampilan yang lebih sulit dibandingkan dengan memainkan boneka-boneka yang lainnya. Adakan tetapi memiliki kelebihan lebih hidup dari pada boneka yang lain, karena mendekati gerak manusia atau tokoh yang sebenarnya.
Boneka Bayang-bayang
Boneka bayang-bayang (Sadhow Puppet) adalah jenis boneka yang cara memainkannya dengan mempertontonkan gerak bayang-bayang dari boneka tersebut. Di Indonesia khususnya di Jawa dikenal dengan “Wayang kulit”. Namun untuk keperluan sekolah, wayang semacam ini dirasakan kurang efektif, karena untuk memainkan boneka ini diperlukan ruangan gelap/tertutup. lagi pula diperlukan lampu untuk membuat bayang-bayang layar.
PEMBAHASAN BONEKA TANGAN
Media boneka tangan merupakan media dalam pembelajaran bercerita yang sesuai dengan karakteristik Taman Kanak - Kanak yang berada pada tahap Pengenalan. Pembelajaran bercerita di Taman Kanak - Kanak kurang menarik perhatian siswa. Akibatnya banyak siswa yang malu dan tidak mau bercerita ke depan kelas. Selain itu kualitas pembelajaran bercerita dalam Bidang  Pengembangan Berbahasa siswa Taman Kanak - Kanak masih sulit. Oleh karena itu perlu media Boneka sebagai alat bantu untuk menyampaikan materi pembelajaran
penggunaan media boneka tangan, sebaiknya dilaksanakan pada taman kanak kanak atau kelas kecil agar perhatian guru dapat menyeluruh dan siswa mendapat waktu lebih lama untuk menggunakan boneka tangan, memperhatikan penggunaan panggung boneka, dan sebaiknya menggunakan cerita yang tidak terlalu panjang dan jenis ceritanya adalah cerita fabel.
Keuntungan Penggunaan Boneka
Beberapa keuntungan penggunaan boneka untuk sandiwara adalah:
Tidak memerlukan waktu yang banyak, biaya dan persiapan yang terlalu rumit.
Tidak banyak memakan tempat, panggung sandiwara boneka dapat dibuat cukup kecil dan sederhana.
Tidak menuntut keterampilan yang rumit bagi yang akan memainkannya.
Dapat mengembangkan imajinasi anak, mempertinggi keaktifan dan menambah suasana gembira.

Petunjuk Penggunaan Boneka sebagai Media Pembelajaran

Agar boneka dapat menjadi media instruksional yang efektif, maka perlu kita per-hatikan beberapa hal yang antara lain adalah:
Rumusan tujuan pembelajaran dengan jelas. Dengan demikian akan dapat diketahui, Apakah tepat digunakan permainan sandiwara boneka atau sandiwara yang lain.
Buatlah naskah atau skenario sandiwara yang akan dimainkan secara terperinci. Baik dialognya, settingnya dan adegannya harus disusun secara cermat, sekalipun dalangnya dimungkinkan untuk berimprovisasi saat ia mendalang/memainkan boneka tersebut.
Permainan boneka mementingkan gerak dari pada kata. Karena itu pembicaraan jangan terlalu panjang, dapat menjemukan penonton. Untuk anak-anak usia kelas rendah sekolah dasar atau anak-anak TK, sebaiknya permainan boneka dirancang untuk banyak melibatkan dialog dengan anak pada saat permainan.
Permainan sandiwara boneka jangan terlalu lama, kira-kira 10 sampai 15 menit. Agar pesan khusus yang disampaikan kepada anak dalam permainan sandiwara boneka tersebut dapat ditangkap/dimengerti oleh anak-anak/penonton
Hendaknya diselingi dengan nyanyian, kalau perlu penonton diajak nyanyi bersama. Bila perlu dilanjutkan dengan dialog atau diskusi dengan anak-anak/penonton untuk memantapkan pesan nilai yang diajarkan.
Isi cerita hendaknya sesuai dengan umur dan kemampuan serta daya imajinasi anak-anak yang menonton.
Selesai permainan sandiwara, hendaknya diadakan kegiatan lanjutan seperti tanya-jawab, diskusi atau menceritakan kembali tentang isi cerita yang disajikan.
Jika memungkinkan, berilah kesempatan kepada anak-anak untuk memainkannya.






BAB IV
PENUTUP


KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:

Boneka begitu lekat dengan anak-anak. Sebut saja boneka-boneka populer seperti Barbie, Doraemon atau boneka bertemakan superhero.
dunia anak adalah dunia bermain. Artinya, dunia anak pada dasarnya adalah dunia yang menyenangkan. Bermain, mempunyai arti: suatu kegiatan yang menyenangkan, tanpa paksaan, dan tanpa suatu target yang ketat ataupun kaku.
selain sebagai mainan, boneka tangan juga bisa menjadi media pembelajaran alternatif untuk mengembangkan kreativitas anak.
juga bisa belajar kreatif dan berimajinasi membuat cerita sendiri dengan bermain boneka tangan bersama teman temannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar